0
Oleh:
Dadang Kadarusman
Penulis buku: ”Ketika Kuda, Semut dan Gajah Bekerja
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Manusia itu cenderung tidak sabaran. Bukan hanya tidak sabar untuk memencet klakson mobil disaat jalur lalu lintas mengalami kemacetan. Atau menyerobot di konter bioskop saat antri membeli tiket. Lebih parah lagi, manusia sering mengharapkan untuk mendapatkan hasil yang instan. Kalau bisa memanam hari ini, maunya panen juga hari ini. Merasa sudah berusaha dan bekerja, sehingga merasa pantas menuntut Tuhan agar langsung memberikan imbalan. Padahal, tidak ada panen bagus yang didapatkan secara instan.
 
Belum lama ini saya berbicara dengan Ayah saya melalui telepon. Setiap kali kami berbicara, saya selalu mendapatkan penguatan terhadap jiwa. Soalnya, Ayah memiliki sesuatu untuk dinasihatkan. Anehnya, setiap nasihat yang beliau berikan selalu relevan dengan tantangan atau situasi yang tengah saya hadapi. Setelah pensiun dari tugas negara sebagai Kepala Sekolah Dasar Negeri didaerah kami, beliau ’kembali ke sawah’. Makanya, setiap kali kami berbincang selalu ada topik tentang tanaman yang dirawatnya di lahan pertanian kami.
 
Pada telepon kali ini, kami membahas tentang benih padi yang baru ditanam. Jika hari ini kami baru menebarkan benih, mungkin baru di hari kelima atau ketujuh kami bisa melihat daun-daun mungil yang menyembul dari balik kulit biji benih itu. Setelah itu, kami harus menjaga dan merawatnya setiap hari, menyiangi rumput pengganggu, dan memberinya pupuk, serta mengalirinya dengan air yang cukup. Jika sudah mulai berbuah, kami harus menjaganya agar jangan sampai dimakan tikus dan hama lain yang tak kalah rakus. Setelah seluruh bulir padi cukup umur, barulah kami memanennya. Seluruh rangkaian proses itu bisa menghabiskan waktu sekitar sembilan puluh hari.
 
Orang-orang di ladang pertanian faham benar apa arti kerja keras dan kesabaran. Setiap tanaman tidak mungkin memberikan hasil yang memuaskan jika seorang petani hanya mau menanam benihnya lalu ditinggalkannya begitu saja. Dari situ mereka mengerti makna kerja keras. Sedangkan menunggu hingga sembilan puluh hari memberi mereka inspirasi tentang arti kata sabar. Secanggih-canggihnya ilmu dan teknologi pertanian, belum ada yang mampu memperpendek masa tanam dan panen padi dari sembilan puluh hari menjadi sembilan puluh menit saja. Oleh karena itu, siapapun yang berani melakukan sesuatu mesti juga berani untuk bersabar. Segala sesuatu juga ada masanya. Masa menanam benih. Masa memberi pupuk, dan masa memeliharanya. Semua itu harus dilakukan terlebih dahulu. Sedangkan masa panen baru tiba setelah semua jerih payah dan tahapan pemeliharaan itu berlangsung.
 
Kita sering keliru dengan mengira kalau hal semacam itu hanya berlaku di dunia pertanian. Tidak. Semua aspek kehidupan kita mengikuti proses yang sama. Termasuk bisnis atau pekerjaan apapun yang sedang kita kerjakan. Hari ini Anda baru memulai sebuah pekerjaan baru. Lalu Anda menginginkan segera mendapatkan fasilitas menggiurkan. Ngawur jenenge. Semua imbalan yang diberikan perusahaan harus didasarkan kepada kualitas kerja dan kontribusi yang kita kerjakan secara konsisten. Bagaimana mungkin perusahaan memberikan langsung imbalan padahal kemampuan anda belum benar-benar bisa dibuktikan. Ada yang seperti itu? Ada. Seseorang direkrut oleh  perusahaan besar. Lalu diberi iming-iming besar. Tidak sampai tiga bulan kemudian, orang itu sudah keluar. Tidak sedikit lho yang seperti itu.  
 
Hari ini kita membangun bisnis baru, dan kita ingin memperoleh hasilnya hari ini juga. Ngimpi ngarana. Kecuali jika kita hanya ingin memperoleh hasil sesaat saja. Jika kita menginginkan kesinambungan, kita mesti bersedia membangun fondasinya terlebih dahulu, sampai bisnis itu benar-benar bisa menghasilkan. Boleh saja Anda berkilah pernah memperoleh keuntungan hanya dalam tempo yang singkat. Bisa jadi. Tetapi sekarang tanyakan kepada diri Anda, apakah keberhasilan itu merupakan sebuah keberuntungan atau sesuatu yang Anda rancang. Apa ciri keberhasilan yang dihasilkan dari keberuntungan semata? Cirinya, Anda tidak dapat mengulanginya lagi. Jika Anda memperolehnya dengan metode terstruktur seperti proses menanam padi yang Ayah saya lakukan itu, maka pasti Anda akan bisa melakukannya lagi dikemudian hari.
 
Anda boleh juga berdalih kalau kita bisa memperoleh hasil instan secara berkesinambungan. Misalnya, membuat kue donat. Setengah jam juga selesai. Iya, jika kita hanya berpikir tentang mengocok telur dan adonan kemudian memasukkannya kedalam oven. Coba jika Anda memikirkan bagaimana tepung gandum dihasilkan. Gula pasir dibuat. Telur, garam, coklat mentega dan rupa-rupa bahan lainnya didapatkan. Ini menegaskan kenyataan tentang segala sesuatu yang hanya bisa kita peroleh melalui sebuah perjuangan dan penantian. Berjuang saja sering tidak cukup. Sebab untuk memperoleh hasil perjuangan itu kita harus menunggu beberapa saat. Jadi nyata sekali, hukum kerja keras itu tidak hanya berlaku di areal pertanian. Melainkan pada semua aspek kehidupan kita.  
 
Kalau Anda tidak memiliki kesabaran, sebaiknya jangan coba-coba untuk berjuang. Sebab, perjuangan yang tidak ditemani oleh kesabaran bisa sangat membahayakan. Jika Anda sudah berjuang habis-habisan, tapi hasilnya tidak langsung kelihatan maka Anda akan langsung berhenti. Anda memaki. Mengumpat, dan mengucapkan semua sumpah serapah yang bisa Anda keluarkan. Lalu Anda bilang; AKU BERHENTIIIIIIII!
 
Padahal, hasil yang dimaki-maki itu bukannya tidak ada. Melainkan masih dalam proses pematangan sampai tiba saatnya nanti untuk dinikmati. Ini lho yang menyebabkan sebagian besar orang berhenti berjuang. Bukan karena mereka tidak bisa. Bukan karena mereka tidak mampu melakukannya. Tapi karena mereka tidak sabar menanti hasilnya. Bayangkan seandainya para petani seperti Ayah saya tidak memiliki kesabaran seperti itu. Setiap kali mereka menanam padi, mereka mengharapkan segera memanen gabahnya. Karena itu tidak terjadi, maka mereka marah-marah. Karena mereka marah, mereka berhenti bertani. Jika demikian, siapa yang akan bisa memakan hasil bumi?
 
Kita semua. Tidak peduli apapun profesi kita. Jika sudah memiliki komitmen untuk memperjuangkan sesuatu, milikilah kesabaran itu. Itu jika benar kita ingin berjuang. Jika kita hanya ingin melakukan segala sesuatu secara asal-asalan, tidak butuh kesabaran. Sebab, segala hal yang sifatnya asal-asalan tidak perlu terlalu dihiraukan. Tetapi, jika sesuatu yang kita perjuangkan itu benar-benar berharga, mengapa kita tidak bersedia menunggu sampai hasilnya kelihatan? Sabar. Sebab dengan kesabaran kita bisa mengalahkan rasa lelah sebuah penantian. Sabar. Karena dengan kesabaran kita bisa menemukan titik impas yang sepadan. Sabar. Sebab dengan kesabaran kita bisa merajuk kepada Tuhan agar berkenan memberikan pertolongan. Sabar. Karena perjuangan itu memiliki saudara kembar. Namanya, sabar.
 
Percayalah. Tuhan akan memberikan cahaya penunjuk jalan kepada setiap insan yang bersedia mendengarkan panggilan jiwanya. Tuhan akan mengirimkan ilham kepada setiap orang yang mengharapkan petunjuknya. Tuhan, akan memberikan pertolongan kepada setiap hamba yang bersedia bekerja keras dalam lintasan panjang perjuangannya. Tapi Tuhan ingin mengujimu dengan waktu. Yaitu, waktu yang kita sediakan untuk menunggu. Sampai segala kejayaan yang dijanjikan-Nya datang. Tahukah Anda dari arah mana karunia Tuhan akan datang? Dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
 
Mari Berbagi Semangat!

0 komentar:

Posting Komentar